PUNK???


Jika kita berbicara tentang punk selalu saja dihadapkan dengan pertanyaan persis seperti diskusi filsafat “apa itu punk?”. Karena itu mari kita coba mendefenisikannya.

(Sumber gambar : Yahoo lifestyle)

Banyak yang mendefenisikan punk sebagai “hanya sebuah genre musik”, ini tidak bisa diterima begitu saja karena ini tidak lebih dari kerja-kerja memasukkan punk dalam kardus jualan media dan industri musik.

Mendefenisikan punk tidak bisa lepas dari CBGB, sebuah club musik di New York. Di CBGB pada tahun 1970-an muncul sebuah zine yang bicara tentang band-band di CBGB dan perkembangan musik pada eranya.

Awalnya banyak yang tak ingin masuk dalam zine punk karena takut mendapat label sebagai band ugal-ugalan dengan karakter melawan kemapanan dan pemarah tipikal anak muda frustasi serta stigma negatif lainnya, namun zine punk berhasil menarik masuk band-band yang bermain di CBGB. Pada akhirnya istilah punk bukan lagi sekedar nama sebuah zine, punk menjadi atau melekat pada genre musik tertentu dengan tipikal melawan kemapanan dan pemarah.

Karena tipikalnya, istilah punk kemudian mengalami perluasan salah satunya adalah sastra punk (sebuah aliran dalam sastra dengan karaktek melawan kemapanan dan pemarah). Untuk musik, punk terus berevolusi melahirkan subgenre diantaranya hardcore dan subgenre lainnya.


(Sumber gambar: wikipedia)

Berbeda dengan kondisi awal-awal kemunculan zine punk, kini banyak yang dengan bangga mengaku sebagai band punk. Pengakuan ini tentu membawa sebuah tanggungjawab yaitu memikul tipikal khas punk sebagai band yang melawan kemapanan dan penuh kemarahan terhadap keadaan yang membuat frustasi.

Punk bukan sekedar band yang beranggotakan pemain musik yang hanya ingin memainkan musik seperti pemain-pemain musik pada umumnya. Perlawanan kemapanan dan kemarahan adalah pembentuk karakter punk dari sebuah band.


(Sumber gambar: instagram kolektivawildpunx)

Kira-kira seperti itulah defenisi sederhana dari punk dan band punk, jika tidak sepakat kita cari waktu untuk gelar tikar buat diskusi dan tentu saja ditemani minuman oplosan anggur merah dan bir dingin. Jadi tak usah ada diskusi online yang selalu berakhir dengan argumen-argumen banal seperti “katanya anti kapitalis tapi masih minum coca cola”.

Comments

Popular Posts