Sekte Olahragawan Tinju di Scene Punk


sekelompok anak muda yg mendaku dirinya punk membuat sebuah klub tinju yg diberi nama klai klub. sebagaimana punk di makassar yg rujukannya jawa atau eropa atau barat, apakah klub tinju ini juga mereferensikan dirinya dgn jawa atau eropa atau barat? entahlah, bagi saya pribadi hal itu tdk penting sebab klub tinju ini hanyalah bisnis yang dibalut dgn olahraga atau subculture seperti halnya olahraga bola saat ini atau balapan motor atau pertunjukan band punk yg persis sama dgn pagelaran band yg disponsori korporasi. saya pernah mendengar salah satu dari atlit mereka berkata "ini hanya buat fun fun". memang sangat fun dan membuat saya tertawa. dimana letak fun-nya jika pertarungan tinju mereka tdk jauh berbeda dgn pertandingan tinju pada umumnya yg telah ditentukan tempatnya, waktunya, siapa lawan siapa serta aturan-aturan yg jadi batasannya. bagi atlit selain ingin tampil menang tentu yang mereka pikirkan (mungkin mereka akan menyangkalnya sebab seekor ikan takkan perna tau kapan dia minum air) apakah saya terlihat keren saat pertandingan? apakah saya terlihat keren saat diberi gelar pemenang? apakah saya tetap terlihat keren walaupun kalah? atau yang lainnya yg tdk lepas dari hasrat masyarakat tontonan.


apakah perkelahian mereka sama dengan perkelahian yg biasa terjadi dalam sebuah scene punk? tentu jauh berbeda sebab dalam perkelahian di sebuah scene punk melibatkan kemarahan entah itu berlandaskan kebencian ataupun pelampiasan emosi dan saling tau sama tau batasan diri masing-masing. jika pun ingin dikaitkan dgn perkelahian yg kerap terjadi di scene punk, pertandingan tinju mereka adalah sebuah penjinakan dari keliaran hasrat yang tak asing dalam subculture punk. yang mereka lakukan hanyalah bagian dari rangkaian penjinakan subculture punk dimana musik dan fashion adalah 2 hal yang lebih dulu dijinakkan menjadi sekedar tontonan. subculture punk yang telah jinak memang asyik dinonton, tanpa perlu lagi diberi apresiasi lebih atau tanpa perlu lagi diberi ekspektasi tinggi sebagai sebuah upaya counter culture.


Comments

Popular Posts